Minggu, 29 Maret 2009

Yahudi..bukan Bani Israil

Bani Israil disebut di dalam kitab suci Al-Quran sebanyak 42 kali. Nabi Musa 129 kali dan Isa Al-Masih 23 kali. Sedang nama Islam disebut dalam Al-Quran sebanyak enam kali dan nama Nabi Muhammad SAW disebut empat kali. Ini menunjukkan bertapa besar toleransi Islam terhadap agama-agama lainnya.
Syaikh Sya’rawi (almarhum) adalah 'alim ulama besar, pakar dan rujukan utama di Timur Tengah dalam membahas ilmu tafsir. Ia dikenal tangkas dan memiliki ciri khas yang mengagumkan dalam mengupas tema-tema yang bersangkutan dengan ilmu tafsir Al-Quran pada ceramah-ceramahnya yang selalu disajikan di teve-teve Arab.
Saya masih ingat, ia pernah mengupas di salah satu ceramahnya, pertama, perihal kebiadaban, kekejaman, dan kezhaliman Yahudi, yang dipaksakan diterima rakyat Palestina.
Kedua, tentang kembalinya warga Yahudi dari seluruh dunia, dan diberikannya hak prioritas kepada siapa pun warga Yahudi di mana pun berada yang ingin kembali ke Israel walaupun warga Yahudi tersebut sebelumnya tidak pernah menginjakkan kakinya di tanah Palestina. Sehingga mereka berkumpul dan bercampur baur membentuk suatu kekuasaan di atas kekuasaan. Pula diberikan kepada mereka rekomendasi dari Barat, terutama dari Amerika dan Inggris, dan hak prioritas penuh untuk mendirikan sebuah negara di tanah Palestina khusus bagi kaum Yahudi yang tercerai berai di seluruh dunia sesuai dengan yang diangan-angani gerakan zionisme yang didirikan Theodore Herzl pada tahun 1896.
Ini semua, menurut Syaikh Sya’rawi, merupakan suatu hikmah Ilahi dan hal yang sangat penting demi membuktikan janji Allah bagi hamba-hamba-Nya yang shalih dan beriman bahwa mereka kelak akan mendapatkan kemenangan yang gemilang. Menurutnya, jika orang-orang Yahudi tidak kembali berkumpul dan bercampur baur di satu tempat, bagaimana mereka akan dibinasakan sehabis-habisnya dengan apa yang mereka kuasai?
Kita, sebagai muslim, berkeyakinan sesuai dengan ajaran yang ada dalam Al-Quran bahwa, di akhir zaman sebelum kedatangan Isa Al-Masih, orang-orang Yahudi yang telah terusir, bercerai berai, dan berpindah ke seluruh pelosok dunia, akan berkumpul kembali ke tempat asal mereka di Palestina. Inilah yang sekarang kita saksikan, seluruh orang Yahudi berkumpul dan bercampur baur setelah mereka bercerai berai, sesuai dengan firman Allah, “Dan Kami berfirman sesudah itu kepada Bani Israil, ‘Diamlah di negeri ini, maka apabila datang masa berbangkit, niscaya Kami datangkan kalian dalam keadaan bercampur baur’.” (Al-Isra’: 104).

Terusir dari Mesir
Keyakinan ini tentu bermula di saat Nabi Musa AS dan pengikutnya dari Bani Israil, atau yang disebut dalam Al-Quran “Ashbath”, diusir dan keluar dari Mesir. Dalam bahasa Arab, Ahsbath artinya julukan khusus yang diberikan kepada pengikut Nabi Musa AS yang berasal dari dua belas keturunan Nabi Yakub.
Nabi Musa dan pengikutnya (dua belas kabilah Bani Israil) keluar dari Mesir karena diusir dan dikejar-kejar oleh Fira’un. “Kemudian Fir’aun hendak mengusir mereka (Musa dan pengikutnya) dari bumi (Mesir) itu, maka Kami tenggelamkan dia serta orang orang yang bersama-sama dia seluruhnya.” (Al-Isra’: 103). Setelah itu Nabi Musa dan pengikutnya menuju kota Sina dan menetap selama empat puluh hari sampai beliau wafat di sana.
Kemudian adiknya, Nabi Harun AS, melanjutkan perjuangannya sebagai pemimpin Ashbath Bani Israil. Beliau dan rombongan berangkat ke Palestina. Di sana Harun mendirikan dua kerajaan kecil. Pertama kerajaan di sebelah selatan Palestina, yang terdiri dari dua kabilah, yaitu kabilah Benyamin dan Yahudha, dan kerajaan yang kedua di sebelah utara, terdiri dari sepuluh kabilah lainya.
Pada tahun 721 SM, Kerajaan Babilon menyerang bagian utara Kerajaan Yahudi dan menguasinya. Mulai saat itu terpecah-belahlah bangsa Yahudi dan bercerai-berailah kabilah kabilah Yahudi ke seluruh pelosok dunia. Sebagian di antara mereka ada yang dibawa ke Irak dijadikan tawanan. Yahudi Orthodox sampai sekarang masih beranggapan bahwa kabilah-kabilah yang berasal dari kerajaan bagian utara adalah kabilah-kabilah Yahudi yang hilang, dan mereka kelak akan muncul dan kembali lagi bercampur baur.
Ahli sejarah beranggapan, dari sepuluh kabilah yahudi yang bercerai berai, mereka telah berpindah ke seluruh pelosok dunia. Di antaranya ke Asia, Afrika, Rusia, dan negara-negara Arab. Ada lagi di antara mereka yang menetap di Afrika sampai sekarang, yaitu kabilah Flasha di Ethiopia dan kabilah Yambah di Zimbabwe dan Afrika Selatan.
Dan yang lainnya ada yang berpindah ke Jazirah Arab, seperti ke Bahrain, Khaibar, Madinah, dan Yemen. Juga ada lagi yang pindah ke Asia, seperti ke Iran, Cina, Jepang, dan Burma. Sebagian ada juga yang berpindah ke Rusia dan Eropa.
Nah, sekarang kita bisa melihat sendiri, semua orang Yahudi yang telah berpindah, bercerai berai, dan hilang, datang kembali dari seluruh dunia, berkumpul di satu tempat, dan membentuk satu negara: Israel. Perkumpulan dan kembalinya Ashbat Yahudi ke tanah Palestina merupakan suatu hikmah dan hal yang sangat penting demi membuktikan ketepatan janji Allah bagi hamba-Nya yang shalih dan beriman bahwa mereka akan mendapat kemenangan yang gemilang di masa mendatang. Insya Allah.
Karena, sekali lagi, jika orang-orang Yahudi tidak kembali berkumpul dan bercampur baur di satu tempat, bagaimana mereka akan dibinasakan sehabis-habisnya dengan apa yang mereka kuasai? “Dan Apabila datang saat hukuman bagi kejahatan yang kedua (Kami datangkan orang-orang lain) untuk menyuramkan muka-muka kalian dan mereka masuk ke dalam masjid, sebagaimana musuh-musuh kalian memasukinya pada kali pertama, dan untuk membinasakan sehabis-habisnya apa saja yang mereka kuasai.” (Al-Isra’: 7).
Itu janji Allah, dan Dia tidak akan pernah mengingkari janji-Nya.
Adapun janji Rasulullah SAW, ”Tidak akan bangkit hari kiamat sehingga kalian memerangi Yahudi sampai-sampai batu berkata, ‘Wahai muslim, ini orang Yahudi di belakangku, bunuhlah dia’.”
Hasan Husen Assagaf

0 komentar:

Followers

About Me

I am now a college boy in STMIK Balikpapan

Text

GEOTOOLBAR

  ©Template by Dicas Blogger.